Thursday, February 5, 2009

Menumbuhkan kewirausahaan dan Inovasi Teknologi

Keunggulan sektor pertanian sebagai tulang punggung pembangunan telah dibuktikan pada saat krisis ekonomi pada 1997 yang melanda Asia dan yang paling terpukul adalah Indonesia. Pada saat itu pertumbuhan sektor pertanian masih memperlihatkan pertumbuhan yang positif sementara sektor industri manufaktur mengalami pertumbuhan negatif dan sampai sekarang masih belum pulih bahkan banyak industri yang gulung tikar dan hengkang ke luar negeri dan akibatnya pengangguran dalam negeri meningkat.
 

Apabila kita berkunjung ke daerah pada saat krisis mulai terjadi, tidak kelihatan adanya perubahan krisis ekonomi. Kondisi masyarakat di pedesaan pun di sebagian wilayah terutama di daerah pertanian biasa-biasa saja; kata mereka, yang krisis itu orang di kota. Meskipun demikian kondisi kebanyakan petani masih jauh di bawah harapan. Untuk meningkatkan pendapatan mereka maka perlu diupayakan agar produknya mempunyai nilai tambah ekonomi. Dan salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi mereka adalah dengan menggiatkan sektor agribisnis di pedesaan. Oleh karena itu Prof. Bungaran sejak ia menjadi Menteri Pertanian telah meletakkan Agribisnis sebagai grand strategy dari Departemen Pertanian (Deptan, 2001). Seharusnya agribisnis inilah menjadi grand strategi jangka panjang pemerintah khususnya Deptan (tidak hanya sampai 2004).

Menumbuhkan Entrepreunership dalam Pertanian.
Ada banyak definisi mengenai entrepreunership. Menurut Daft (1997) entrepreunership adalah suatu proses untuk memulai suatu bisnis, mengorganisir sumber daya yang diperlukan dengan memperhitungkan resiko dan keuntungan. Orang yang menjalankannya disebut entrepreuner atau seorang wirausaha. Jadi secara singkat agribisnis adalah entrepreneurship/wirausaha dalam pertanian. Sri Bramantoro Abdinagoro, pengasuh rubrik bisnis Harian Republika (Republika 22 Januari 2003) memberikan beberapa definisi entrepreunership dari berbagai pakar antara lain: Entrepreunership atau kewirausahaan adalah usaha inovasi, sesuatu yang baru (metode, produk, bahan baku dan lainnya), memberikan nilai tambah (value added) dan resiko. Dari definisi ini maka yang membedakan antara orang wirausaha dan bukan adalah terletak pada keberanian mengambil resiko, ( bertanggung jawab, berusaha mencari sesuatu yang baru, inovatif dan pantang menyerah. Dari definisi ini pula dapat dikatakan bahwa wirausaha tidak mesti selalu terkait dengan swasta tetapi bisa ada di lembaga nir laba dan lembaga pemerintah sekalipun. Bagaimana dimensi usahanya, berapa modal dan tenaga kerja yang digunakan akan membedakan antara usaha besar, menengah atau kecil.
 

Kita harus akui bahwa Bangsa Indonesia selama ini adalah bangsa yang konsumtif. Penulis pernah bertemu dengan seorang pengusaha Jepang sambil berdiskusi dan menurutnya salah satu yang membedakan antara orang yang konsumtif dengan yang inovatif / produktif adalah terletak pada melihat sesuatu benda. Orang yang konsumptif pada saat pertama kali melihat suatu benda maka selalu yang ditanyakan adalah berapa harganya, sedangkan orang yang inovatif / produktif maka yang pertama yang ada di dalam benaknya adalah bagaimana membuat dan menjual barang tersebuMemang tidak mudah untuk membangkitkan jiwa-jiwa entrepreneurship seketika karena sarna dengan merubah budaya yang memerlukan waktu. 

Tetapi kalau tidak dimulai mustahil untuk dicapai. Merubah suatu perilaku/budaya bagaimanapun harus melalui pendidikan. Oleh karena itu agribisnis sudah harus diperkenalkan dalam kurikulum pendidikan baik formal maupun non formal. Di Indonesia sudah ada misalnya program Master khusus untuk agribisnis di IPB tetapi institusi yang berkualitas seperti ini terlalu sedikit untuk penduduk Indonesia yang begitu banyak. Perlu proses pembudayaan agar bangsa Indonesia cinta akan entrepreneurship khususnya dalam pertanian sehingga nanti nya semakin lama akan timbul usaha-usaha kecil/menengah.

Penulis ingin mengambil contoh di Jepang. Di sana dengan mudah kita bisa bertemu dengan seorang presiden. Tapi presiden yang dimaksud di sini adalah Presiden Perusahaan yang tertera di kartu namanya. Dan jangan heran kalau kita berkunjung ke perusahaannya kita hanya menemukan 2 atau 3 orang stafnya dengan ruangan 5 x 4 meter bahkan lebih sempit lagi. Mereka punya rasa kebanggaan kalau bisa punya perusahaan meskipun skala kecil. Dan perusahaan kecil inilah yang tumbuh banyak di Jepang mendukung ekonomi negara
Menurut Daft 1997 usaha kecil/menengah (small-medium entreprice) pada awalnya rnemang diragukan kemampuannya sebagai penggerak ekonomi; akan tetapi pada dewasa ini telah terbukti bahwa usaha kecil/menengah telah menjadi bagian dari bisnis dunia dan menurut perkiraan usaha kecil/menengah menciptakan lapangan kerja dua dari tiga lowongan kerja di Amerika. Telah diakui bahwa ekonomi Jepang sangat kokoh berkat dukungan usaha kecil/menengah, demikial juga Korea Selatan, dan menyusul Malaysia. Indonesia sebagai negara agraris dengan keragaman produk pertanian yang begitu luas memberikan salah satu lingkungan yang kondusif untuk tumbuhnya, agribisnis kecil/menengah.

Inovasi Teknologi Sebagai Penyangga Agribisnis
Tanpa teknologi, industri tidak akan berkembang. Prof. B.J. Habibie selalu mengambil contoh bagaimana menaikkan nilai harga sekeping baja dengan mengubahnya menjadi mobil atau pesawat. Untuk merubah kepingan baja tadi menjadi mobil perlu ada teknologi. Apakah kepingan baja tadi dirubah menjadi mobil kijang atau mobil mercedes diperlukan inovasi teknologi. Begitu juga dalam industri pertanian tidak mungkin berjalan tanpa adanya teknologi yang mendukungnya. Prof. Bungaran tidak bosan-bosan selalu memberikan penekanan pentingnya inovasi teknologi. Kegiatan agribisnis dari hulu sampai hilir syarat akan teknologi. Mulai dari pra panen (penyiapan benih, pengolahan tanah, panen) sampai pada pasca panen (pengolahan produk) sampai pada penjualan produk akhir, menuntut adanya inovasi teknologi.

Kalau kita sempat berkunjung ke Jepang kemudian sempat membeli produk olahan bahan makanan dari produk pertanian maka dengan mudah dapat kita buktikan bagaimana suatu produk pertanian dapat dirubah menjadi produk olahan yang harganya sangat tinggi melalui proses inovasi teknologi pertanian.

Umpamanya bahan (ingredient) utamanya hanya ubi jalar tetapi karena diolah dengan teknologi pasca panen (diproses ke dalam bentuk kue) kemudian dibungkus dengan teknologi pengepakan yang baik menghasilkan produk yang harganya lebih mahal. Ini hanya salah satu contoh untuk ubi jalar. Di I Indonesia sudah bisa ditemukan untuk beberapa produk seperti kripik salak, nangka, dsb., dan tentunya masih banyak lagi yang bisa dilakukan sebagai negara yang memiliki keanekaragaman komoditas yang tinggi dengan sentuhan inovasi.
 

Teknologi pertanian tidak akan memberikan makna manakala tidak mampu untuk memberikan nilai tambah suatu produk, dan agar teknologi memberikan makna diperlukan inovasi agar teknologi tersebut bisa masuk ke dalam jalur agribisnis. Apakah kacang hijau hanya berakhir pada produk bubur kacang hijau yang sering kita santap di warung pinggir jalan atau dirubah menjadi produk yang nilainya lebih tinggi, tergantung dari inovasi teknologi. Nickel (1988) mengemukakan pendapat Peters dan Waterman (pengarang buku In Search of Excellent) bahwa orang yang kreatif di bisnis Amerika tidak kurang tetapi yang kurang adalah inovator. Kreatifitas adalah memikirkan sesuatu hal yang baru sedangkan inovasi adalah membuat sesuatu yang baru. Usaha-usaha untuk membentuk tenaga peneliti yang inovatif merupakan suatu hal yang sangat penting dan ini bisa dilakukan mulai dari proses rekrutmen peneliti yang berbakat.
 

Pentingnya mengembangkan SDM dalam penguasaan teknologi utamanya untuk mendukung pengembangan agribisnis, dan untuk menumbuhkan entrepreunership telah menjadi amanat dart Program Pembangunan Pertanian 2001-2004 (Deptan, 2001). Namun karena program untuk penguasaan teknologi dan peningkatan kemampuan kewirausahaan memerlukan waktu yang panjang maka seyogyanya program ini merupakan program jangka panjang yang perlu mendapat prioritas. Diakui bahwa selama ini teknologi pra-panen lebih berkembang dari teknologi pasca panen pada hal untuk meningkatkan nilai produk jual sangat ditentukan oleh teknologi pasca panen. Oleh karena itu menurut hemat penulis, untuk ke depan teknologi pasca panen perlu lebih mendapat prioritas dan dukungan.
luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com

2 comments:

  1. artikel tentang kewirausahaannya mana???

    ReplyDelete
  2. Seharusnya dengan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia Usaha agrobisnis bisa dikelola dan dikembangkan lagi,,, kenapa kita mempunyai potensi alam, tapi kurang dimanfaatkan secara maksimal,,,

    ReplyDelete

Saya sangat menghargai Anda yang bersedia berkomentar di setiap postingan bolehngeblog